Vaksin dapat bekerja dengan baik apabila ia dapat meningkatkan antibodi khusus didalam tubuh untuk melawan serangan virus. Vaksin juga harus aman dan salah satu syarat vaksin aman digunakan adalah tidak adanya efek samping atau reaksi dari vaksin.
Sebuah langkah besar telah terjadi ketika para peneliti dari Duke Human Vaccine Institute di Amerika telah berhasil memunculkan antibodi didalam tubuh untuk melawan virus HIV. Temuan ini telah dipublikasikan didalam jurnal Cell, yang mendemonstrasikan bagaimana vaksin tersebut dapat memunculkan antibodi untuk menetralkan virus HIV.
Broadly neutralizing HIV-1 antibodies (bnAbs)
Seperti yang kita ketahui bahwa virus HIV ini pintar menyamar sehingga fungsi imun antibodi tubuh kita mengira kalau virus ini bagian dari tubuh, jadi tubuh kita tidak melakukan sesuatu untuk melawannya. Tetapi ternyata ditubuh kita ada antibodi yang bisa melawan virus HIV ini yang dikenal dengan Broadly neutralizing antibodies (bnAbs). Sebenarnya bnAbs ini sudah ditemukan sejak awal 90’an dibeberapa orang dengan HIV dan penelitian telah membuktikan bahwa bnAbs dapat mengetahui dan menetralkan berbagai macam varian virus HIV. Masalahnya adalah bnAbs hanya muncul disekitar 10 sampai 20% orang dengan HIV dan membutuhkan waktu beberapa tahun untuk muncul.
40 tahun kemudian, vaksin DHVI (mengambil nama dari Duke Human Vaccine Institute) bekerja dengan cara menstimulasi tubuh agar membentuk antibodi bnAbs dengan segera.
Uji coba kepada 20 orang
Pada fase 1 uji coba vaksin ini dilakukan kepada 20 orang yang sehat yang masing-masing menerima 2 sampai 3 dosis vaksin. Setelah dua kali dosis, vaksin tersebut memancing tubuh untuk meningkatkan respon terhadap serum dan respon CD4 T-cell pada darah meningkat 100%. Yang lebih mengejutkan, dalam seminggu saja setelah divaksin, tubuh langsung membentuk antibodi bnAbs yang biasanya membutuhkan waktu tahunan.
“Menarik melihat hasilnya, dengan vaksin ini kita dapat membuat tubuh membentuk antibodi bnAbs dalam seminggu” kata Wilton Williams, pakar imunologi di Duke Human Vaccine Institute.
Tetapi fase uji coba 1 ini harus berhenti karena ada satu orang yang mengalami alergi yang tidak membahayakan jiwanya setelah dosis ke 3. Alergi ini terjadi karena salah satu komponen dari vaksin yaitu Plyehylene glycol (PEG) dan mereka akan kembali membuat ulang vaksinnya tanpa PEG. Sehingga kedepannya dapat kembali dilakukan uji coba vaksin yang bebas PEG.
“Kita harus menyerang semua titik lapisan virus yang rentan sehingga virus tidak dapat lolos, tetapi uji coba ini membuktikan bahwa bnAbs dapat dipancing muncul dengan vaksin” kata Barton Haynes salah satu imunologi di Duke Human Vaccine Institute.
Vaksin DHVI ini bukan satu-satunya penelitian yang dilakukan didunia untuk melawan HIV, dan tentu saja setiap penelitian menggunakan arah dan metode yang berbeda-beda. Tetapi dengan kesuksesan pada uji coba pertama vaksin DHVI ini diharapkan dapat membantu peneliti-peneliti lain untuk mengembangkan vaksin ataupun obat untuk melawan virus HIV.