Indonesia merupakan salah satu Negara di Asia dengan pertumbuhan kasus HIV dan AIDS relatif cepat. Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2022, kasus HIV telah dilaporkan 505 kabupaten/kota atau sebanyak 98% dari 514 kabupaten/kota di Indonesia. Kementrian Kesehatan RI melaporkan, jumlah kasus HIV dan AIDS kumulatif sampai dengan Desember 2022 adalah sebesar 509.408 kasus HIV dan 145.391 kasus AIDS. Presentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25 – 49 tahun yaitu sebanyak 70,2%. Berdasarkan jenis kelamin, presentase kasus HIV pada laki-laki sebanyak 62% dan perempuan sebanyak 38%. Dan jika dilihat berdasarkan faktor risiko, presentase kasus HIV tertinggi ditemukan pada faktor risiko heteroseksual yaitu sebanyak 29%. Di Provinsi DIY, sampai dengan bulan Juni 2023 jumlah kasus HIV kumulatif sebanyak 7199 kasus, sedangkan jumlah kasus AIDS sebanyak 2159 kasus. Jumlah layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan DIY adalah 96 layanan, dan yang sudah melayani pasien sebanyak 58 layanan atau sekitar 60,42%.
Pemerintah telah menetapkan target Three Zero HIV yang harapannya dapat dicapai tahun 2030 yaitu tidak ada lagi kasus baru HIV, tidak ada lagi kematian karena AIDS dan tidak ada lagi diskriminasi pada ODHIV. Sebagai bentuk dari komitmen tersebut, Kementrian Kesehatan RI melakukan upaya penanggulangan HIV dan AIDS dengan menempuh jalur cepat 95-95-95, artinya mencapai target indikator 95% estimasi Orang Dengan HIV (ODHIV) diketahui status HIV-nya, 95% ODHIV diobati dan 95% ODHIV yang diobati mengalami supresi virus. Perkembangan menuju target 95-95-95 sampai dengan Desember 2022 adalah sebagai berikut : (1) Jumlah estimasi ODHIV tahun 2022 sebanyak 526.841 orang; (2) Jumlah ODHIV yang mengetahui statusnya sebanyak 429.215 orang (81%); (3) Jumlah ODHIV yang mendapatkan pengobatan sebanyak 179.659 orang (42%); dan (4) Jumlah ODHIV yang dites Viral Load dengan hasil Viral Load tersupresi sebanyak 33.538 orang (19%).
Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat bahwa pencapaian target 95-95-95 masih menemui tantangan. Perlu upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang komprehensif serta melibatkan semua sektor sesuai dengan peran masing-masing. Beberapa kajian dokumen menunjukkan bahwa sektor komunitas memiliki peran yang cukup strategis dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Pengalaman menunjukkan bahwa upaya promotif dan preventif cenderung banyak dilakukan oleh sektor komunitas. Partisipasi masyarakat merupakan aspek yang potensial untuk menunjang upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Oleh karena itu, sangat penting pemerintah melakukan tindakan guna meningkatkan dan memperbaiki partisipasi serta kesadaran masyarakat dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS.
Pemerintah telah menetapkan target untuk mengakhiri AIDS di tahun 2030. Komunitas memegang peran strategis dalam upaya mencapai target tersebut. Hal itu diungkapkan Ketua Panitia Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2023 yang digagas CD Bethesda Yogyakarta dan Jaringan Advokasi HIV AIDS (JAVA) DIY, Ghanis Kristia dalam keterangan persnya.
“Komunitas dapat mengakhiri AIDS bila diberikan kesempatan untuk memimpin. Organisasi masyarakat yang hidup dengan HIV, atau terkena dampak HIV adalah garda terdepan dalam penanggulangan HIV,” papar Ghanis. Project Manager Community Development (CD) Bethesda ini mengatakan, partisipasi masyarakat merupakan aspek yang potensial untuk menunjang upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Bahkan, selama ini upaya promotif dan preventif cenderung banyak dilakukan olen sektor komunitas.
Dalam keterangan persnya Ghanis Kristia menyatakan, Hari AIDS Sedunia yang diperingati 1 Desember 2023 ini juga mengusung tema “Bergerak Bersama Komunitas”. Diharapkan, peringatkan kali ini akan menjadi momentum penting bagi komunitas untuk mengambil peran dalam upaya penanggulangan HIV.
Sementara itu, Koordinator JAVA DIY Agus Triyanto mengatakan, komunitas dapat menghubungkan orang dengan HIV (ODHIV) dengan layanan kesehatan. “Harapannya, komunitas membantu ODHIV memperoleh pelayanan yang manusiawi, membangun kepercayaan, memantau pelaksanaan kebijakan dan layanan, hingga meminta pertanggungjawaban penyedia layanan,” kata Agus.
Secara kumulatif, hingga bulan September 2023 jumlah kasus HIV di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat sebanyak 7.446 kasus, sebanyak 2.212 diantaranya merupakan kasus AIDS. Sementara jumlah layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan DIY adalah 123 layanan, dan yang sudah melayani pasien sebanyak 74 layanan atau sekitar 60 persen.
Peringatan Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada 1 Desember 2023 adalah momentum penting bagi masyarakat untuk mengenal dan memahami apa itu HIV AIDS, dan terlebih lagi menjadi pintu masuk bagi komunitas untuk mengambil bagian dalam upaya penanggulangan HIV di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan tema Hari AIDS Sedunia yang diberikan oleh UNAIDS; Let Communities Lead! (Biarkan Komunitas Memimpin!), dapat dilihat bahwa komunitas memiliki peran yang sangat besar dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Peran komunitas adalah penting dalam integrasi penanggulangan HIV. Komunitas dapat mengakhiri AIDS bila diberikan kesempatan untuk memimpin. Organisasi masyarakat yang hidup dengan HIV, atau terkena dampak HIV adalah garda terdepan dalam penanggulangan HIV. Komunitas dapat menghubungkan orang dengan HIV dengan layanan kesehatan yang berpusat pada pelayanan yang manusiawi, membangun kepercayaan, berinovasi, memantau pelaksanaan kebijakan dan layanan, dan meminta pertanggungjawaban penyedia layanan. Hal tersebut di atas adalah contoh-contoh kecil peran yang bisa diambil komunitas sebagai sumbangsih pencegahan HIV.
Dalam rangka peringatan HAS Tahun 2023 di Kota Yogyakarta, beberapa organisasi masyarakat sipil berkolaborasi merencanakan serangkaian kegiatan untuk penyebarluasan informasi HIV dan AIDS serta menunjukkan peran penting komunitas dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS