Saat ini HIV masih menjadi salah satu epidemi di seluruh dunia. Angka kasus baru tiap hari selalu ada. Maka sudah sewajarnya bagi kita untuk selalu mengupdate informasi tentang HIV ini. Tidak hanya dari segi pengobatan, tapi juga pencegahan. Kondom masih menjadi pencegahan utama HIV dan Infeksi Menular Seksual lainnya. Namun, tidak semua bisa konsisten menggunakan kondom, maka ada alternatif lain untuk mencegah terkena HIV yaitu dengan PrEP.
Apa itu PrEP?
PrEP singkatan dari Pre-Exposure Prophylaxis atau Profilaksis Pra Pajanan. Profilaksis adalah obat pencegah supaya tidak terkena penyakit tertentu. PrEP bisa untuk mencegah HIV sampai 90% jika dilakukan sesuai dengan aturan penggunaan. PrEP digunakan oleh seseorang yang berisiko tinggi sebelum dan selama dirinya masih melakukan tindakan/perilaku berisiko terinfeksi HIV.
Siapa saja yang bisa mengakses PrEP?
Saat ini PrEP ditujukan untuk Lelaki berhubungan seks dengan lelaki (LSL), Wanita penjaja seks, Waria/Transgender, Pengguna narkoba suntik/Penasun, Pasangan Orang dengan HIV (ODHIV) dan pasangan resiko tinggi. Pasangan resiko tinggi adalah pasangan dari seseorang yang memiliki perilaku berganti-ganti pasangan dan tidak memakai kondom.
Kapan sekiranya waktu yang tetap untuk mengakses PrEP?
Memulai PrEP bisa dilakukan ketika memiliki (minimal) salah satu perilaku seperti berikut :
- Memiliki pasangan seksual lebih dari satu
- Tidak menggunakan kondom secara konsisten
- Melakukan hubungan seksual melalui anus (anal sex) tanpa kondom
- Terdapat riwayat IMS dalam 3 bulan terakhir
- Pernah menggunakan PrEP
- Memiliki pasangan HIV positif, dengan kondisi berikut (minimal salah satu):
- Belum menjalani terapi pengobatan ARV,
- Penggunaan ARV yang tidak teratur dalam 6 bulan terakhir,
- Jumlah viral load belum diketahui,
- Viral load tidak tersupresi (VL ≥1000 kopi/ml) setelah pengobatan ARV minimal selama 6 bulan,
- Berencana memiliki anak dengan pasangan ODHIV yang viral loadnya masih terdeteksi
Untuk persyaratannya, siapa saja warga negara indonesia (WNI), memiliki status HIV Negatif (Sudah pernah di test) dan tidak memiliki gejala HIV akut.
Bagaimana caranya untuk mengakses PrEP?
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah mendatangi layanan kesehatan yang bisa untuk akses PrEP. Nanti ada konseling dan pengisian formulir/kuesioner. Isi dengan sejujur-jujurnya. Selanjutnya adalah test HIV, test Hepatitis B & C, test Kreatinin/cek fungsi ginjal dan test IMS. Setelah hasil lab keluar, dokter akan menjelaskan layak/tidaknya menerima PrEP beserta efek samping dan rencana kedepannya.
Apa yang akan didapatkan?
Setelah dinyatakan layak, maka akan menerima 1 botol obat PrEP untuk 30 hari/1 bulan yang biasanya berisi rejimen Tenofovir disoproxil fumarate (TDF) 300 mg dan Emtricitabine (FTC) 200 mg/Truvada atau Tenofovir disoproxil fumarate (TDF) 300 mg dan Lamivudine (3TC) 300 mg.
Bagaimana PrEP dikonsumsi?
Ada dua jenis kriteria minum PrEP, Harian dan Event Driven/Insidental. Dan ini disesuaikan dengan kelompok populasi.
Untuk kelompok populasi pria dan transgender/waria, bisa menggunakan Harian atau ED, disesuaikan dengan frekuensi hubungan seksual beresikonya. Jika frekuensi hubungan seksual tinggi lebih dari 1x dalam seminggu, maka menggunakan metode Harian. Namun jika frekuensi rendah maksimal 1x dalam seminggu, maka menggunakan metode Event Driven/ED.
Cara meminum obat untuk Harian:
2 tablet dalam 2-24 jam sebelum hubungan seksual, selanjutnya 1 tablet setiap hari, dan 1 tablet sehari dalam 2 hari setelah hubungan seksual beresiko terakhir. 2-1- ~ -1-1
Cara minum obat untuk ED/Insidental:
2 tablet dalam 2-24 jam sebelum hubungan seksual, selanjutnya 1 tablet setiap hari dalam 2 hari. 2-1-1.
Selalu diingat, ED ini hanya berlaku jika hubungan seksual beresiko terjadi pada 1 hari yang sama. Kalau lebih dari 1 hari, maka dilakukan dengan metode Harian.
Untuk kelompok populasi wanita, transgender/waria dengan terapi hormon dan penasun, maka menggunakan metode Harian, tapi sedikit berbeda dengan Harian untuk populasi diatas.
Cara minum obat untuk Harian:
1 tablet selama 7 hari sebelum hubungan seksual, selanjutnya 1 tablet setiap hari, dan 1 tablet sehari selama 7 hari setelah hubungan seksual beresiko terakhir.
Bagaimana kontrol selanjutnya?
Setelah 1 bulan pertama, akan di evaluasi kepatuhan minumnya.
Untuk penerima PrEP dengan metode ED, obat yang diberikan 1 botol untuk tiap bulan. Sedang untuk penerima PrEP metode Harian, diberikan 1 bulan untuk 1 bulan pertama, selanjutnya saat kontrol di bulan ke 2, akan diberikan 2 botol, dan selanjutnya kontrol per 3 bulan sekali.
Per 3 bulan kontrol, dianjurkan untuk melakukan test HIV
Apakah ada efek samping dari PrEP?
Efek samping yang terjadi biasanya tidak sama untuk setiap individu. Bisa ada, bisa juga tidak ada. Kemungkinan efek samping yang dirasakan adalah : mual, ruam, alergi, pusing, cemas berlebihan, lemas, sakit kepala. Segera ke layanan kesehatan kembali jika merasakan efek samping yang dianggap mengganggu aktivitas sehari-hari.
Kapan berhenti PrEP?
PrEP akan dihentikan oleh dokter jika :
- Reaktif/Positif HIV
- Mengalami efek samping yang berat
- Perilaku hubungan beresiko sudah menurun atau berhenti. Misal sudah tidak melakukan hubungan beresiko lagi atau sudah konsisten memakai kondom
- Enggan minum obat sesuai resep atau tidak patuh. Berarti metode pencegahan dengan PrEP tidak cocok dengan individu tersebut.
Dimana lokasi untuk mengakses PrEP?
Berikut adalah daftar fasilitas kesehatan yang melayani akses PrEP :
No. | Provinsi | Kabupaten/Kota | Fasyankes |
---|---|---|---|
1 | DKI Jakarta | Sudin Jakarta Pusat | Puskesmas Kec. Sawah Besar |
Puskesmas Kec. Senen | |||
Sudin Jakarta Timur | Puskesmas Kec. Cakung | ||
Puskesmas Kec. Cipayung | |||
Sudin Jakarta Barat | Puskesmas Kec. Taman Sari | ||
Puskesmas Kec. Tambora | |||
Sudin Jakarta Selatan | Puskesmas Kec. Kebayoran Baru | ||
Puskesmas Kec. Mampang Prapatan | |||
Puskesmas Kec. Tebet | |||
Sudin Jakarta Utara | Puskesmas Kec. Koja | ||
Puskesmas Kec. Pademangan | |||
Puskesmas Kec. Penjaringan | |||
2. | Jawa Barat | Kota Bandung | Klinik Mawar PKBI Kota Bandung |
Puskesmas UPT Garuda | |||
RSU dr. Hasan Sadikin | |||
Kab. Bogor | RSU Ciawi | ||
RSUD Leuwiliang Bogor | |||
RSU CIbinong | |||
Kota Bogor | Puskesmas Bogor Timur | ||
Puskesmas Bogor Tengah | |||
Kota Bekasi | RSUD Kota Bekasi | ||
Puskesmas Pengasinan | |||
Puskesmas Karang Kitri | |||
Puskesmas Perumnas II | |||
Kota Depok | RSUD Kota Depok | ||
RS Sentra Medika Cisalak | |||
3. | Banten | Kota Tangerang | Puskesmas Tanah Tinggi |
Puskesmas Kunciran Baru | |||
Puskesmas Karawaci Baru | |||
Puskesmas Cibodasari | |||
4. | Jawa Tengah | Kota Semarang | Puskesmas Halmahera |
Puskesmas Poncol | |||
Puskesmas Kedungmundu | |||
Puskesmas Lebdosari | |||
5. | D.I Yogyakarta | Kota Yogyakarta | Puskesmas Tegalrejo |
Puskesmas Umbulharjo I | |||
Puskesmas Gedong Tengen | |||
6. | Jawa Timur | Kota Surabaya | Puskesmas Sememi |
Puskesmas Kedungdoro | |||
Puskesmas Perak Timur | |||
Puskesmas Putat Jaya | |||
Kab. Sidoarjo | RSU Sidoarjo | ||
Puskesmas Sedati | |||
Puskesmas Balongbendo | |||
Puskesmas Gedangan | |||
7. | Bali | Kab. Badung | Puskesmas Kuta I |
Puskesmas Kuta II | |||
Puskesmas Kuta Selatan | |||
Kota Denpasar | Puskesmas Denpasar Utara I | ||
Klinik Utama WM Medika Yayasan Kerti Praja (YKP) | |||
8. | Sulawesi Selatan | Kota Makassar | Puskesmas Jumpandang Baru |
Puskesmas Makkasau | |||
Puskesmas Andalas | |||
9. | Kalimantan Timur | Kota Balikpapan | RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo |
Puskesmas Prapatan | |||
RS Tk. III dr. R. Hardjanto | |||
Kota Samarinda | Puskesmas Palaran | ||
Puskesmas Temindung | |||
10. | Kep. Riau | Kota Batam | Puskesmas Lubuk Baja |
RS Budi Kemuliaan Batam |
Perubahan tempat untuk pengambilan dan kontrol PrEP bisa dilakukan antar layanan kesehatan yang sudah bisa akses PrEP di daerah lain dengan meminta surat rujuk keluar dari layanan sebelumnya.
Selalu diingat, PrEP tetap harus dilakukan secara patuh dan tepat sesuai aturan untuk mendapatkan hasil terbaik. PrEP juga hanya untuk mencegah penularan HIV, tidak dengan Infeksi Menular Seksual lain seperti Gonore, Sifilis, Kutil Kelamin/HPV. Pemakaian kondom tetap memberikan perlindungan terbaik untuk mencegah HIV dan IMS lainnya. Perubahan perilaku seksual menjadi lebih baik juga bisa mencegah terkena HIV dan IMS lainnya.