Perempuan dengan HIV (PDH) tidak perlu cemas karena mereka juga bisa hamil dan melahirkan anak yang negative HIV, dengan melakukan program PPIA (Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak dan pasangan) dengan pantauan Dokter tentu saja.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan PDH untuk merencanakan program kehamilan, antara lain:
- Patuh minum ARV, PDH harus patuh minum ARV jangan bolong-bolong agar virus dalam tubuh terkendali, dan tidak menularkan Virus HIV pada pasangan dan juga calon bayi yang akan dilahirkan.
- Sehat dan tidak ada infeksi oportunistik (infeksi penyerta).
- Viral load (Jumlah virus dalam darah) tidak terdeteksi, kenapa? Karena dengan VL tidak terdeteksi maka tidak menularkan pada pasangan dan bayi dalam kandungan, tapi perlu diingat bahwa VL tidak terdeteksi bukan berarti virus sudah hilang dari tubuh, virus masih ada dalam tubuh namun jumlahnya sudah ditekan karena rajin minum ARV sehingga virus tidak terdeteksi oleh alat. Jadi walau Viral Load tidak terdeteksi tetap harus minum ARV nya.
- Konsultasi dan patuh pada anjuran dokter.
Sebelum merencanakan kehamilan PDH juga harus mempertimbangkan dan merencakan apa asupan yang akan diberikan pada bayinya nanti, apakah mau ASI atau PASI (Pengganti ASI). Untuk memutuskan ASI tentu juga harus diperhatikan dari segi Ibu yang hidup dengan HIV dan memutuskan memberikan ASI ada hal yang harus diperhatikan, yaitu konsultasi dengan konsoler Laktasi dan dr anak untuk mendapatkan pengetahuan tentang pemberian ASI yang benar selama proses menyusui, imunisasi, dan pemberian profilakfis (pencegahan penularan virus HIV) pada anak yang lahir dari ibu yang hidup dengan HIV, paling tidak 2x pertemuan. Dan yang penting adalah pemberian ASI tidak boleh dicampur dengan asupan lain selain ASI, bahkan untuk pemberian profilakfis hanya dengan ASI saja. Juga sangat penting untuk pasangan dan keluarga yang hidup dalam satu rumah harus diberikan pemahaman dan informasi terkait pemberian ASI, dan kerjasamanya pada saat proses mengASIhi agar tidak terjadi mix feeding tanpa sepengetahuan ibu dari bayi, karena hal ini bisa berakibat pada resiko penularan HIV pada bayi.
Ibu hamil yang positif HIV harus tetap rutin minum ARV , menjaga asupan makanan, konsumsi air putih yang cukup dan rajin periksa kehamilannya ke dokter kandungan, agar kehamilannya selalu terpantau. Ibu hamil yang positif HIV juga bisa melahirkan normal bila sudah minum ARV minimal 6 bulan, tes VL nya tidak terdeteksi di trisemester akhir kehamilan dan ibu dalam kondisi sehat.
Setelah bayi lahir, bayi akan langsung mendapatkan profilakfis dari 12 jam pertama setelah kelahiran yang diminumkan 12 jam sekali. Kemudian bayi dilakukan pemeriksaan EID (Early Infant Diagnosis) yaitu pemeriksaan HIV pada bayi yang lahir dari ibu HIV positif pada usia 6 minggu kelahiran, akan dilakukan pemeriksaan kembali pada bayi yang diberikan PASI di usia 6 bulan dan bayi yang diberikan ASI 6 minggu setelah berhenti ASI. Tes antibody HIV akan dilakukan lagi pada usia bayi 18 bulan, untuk menegakkan status HIV anaknya. Dengan kepatuhan ARV ibu hamil yang positif HIV bisa melahirkan anak yang negative.
Jadi PDH jangan ragu lagi, karena PDH masih bisa hamil dan melahirkan anak yang sehat. Walaupun HIV positif tidak mengurangi nilainya sebagai perempuan, PDH bisa menikah, tidak menularkan pada pasangan, punya anak yang sehat dan hidup bahagia. Kuncinya patuh ARV, pola hidup sehat dan positif thinking.