Please ensure Javascript is enabled for purposes of website accessibility

Peduli, Inklusi, Solidaritas, Meraih Harapan

Montov

Mewujudkan Rumah Perlindungan bagi Transpuan Lansia

  • 22 Juni 2024
  • 6 menit waktu baca

Bagikan

WCC (Waria Crisis Center) Yogyakarta awalnya digagas untuk membantu transpuan yang mengalami stigma, diskriminasi dan kekerasan di keluarga, komunitas, masyarakat, layanan kesehatan maupun lingkungan pekerjaan. Seiring berjalannya waktu, WCC banyak mendampingi transpuan lansia dan menyediakan rumah perlindungan bagi transpuan dalam bentuk shelter.

Semenjak dideklarasikan pada 18 Februari 2017 hingga saat ini, telah memberikan layanan kepada sekitar 48 orang, 29 diantaranya transpuan lansia dan 19 transpuan lainnya. Jenis bantuan terbanyak adalah memfasilitasi kesehatan lansia, pendampingan perawatan di RS, membantu akses vaksin Covid-19, pendampingan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), pengurusan jenazah dan pemakaman.

Saat awal dibentuk, WCC langsung memberikan bantuan perawatan lansia transpuan berinisial EL yang tidak memiliki dukungan keluarga sama sekali. Dia tinggal di sebuah kamar kost sempit berukuran 2 x 3m di daerah Maguwoharjo. EL sempat dirawat di RS Bethesda dan selanjutnya dirujuk ke Camp Assesment milik Dinas Sosial (Dinsos) DIY hingga akhir hayatnya. Atas kebaikan seorang pengurus Panti Hafara, dia boleh dimakamkan di lahan pemakaman milik panti tersebut.

Kasus-kasus berikutnya seperti mengalir tidak henti. Ada kasus mahasiswa X, salah satu transpuan muda yang ditolak keluarganya karena ia coming out (terbuka) sebagai transpuan. Lalu ada kasus pembunuhan FED, salah seorang santri Ponpes Al – Fatah pasca yang dibunuh saat Idul Fitri 2018 di Krapyak, Jagalan, Wedi, Klaten. Kasus berikutnya kriminalisasi oleh polisi terhadap salah seorang transpuan lansia yang yang bekerja sebagai pekerja klinik kecantikan. WCC mendampingi di tingkat penyidikan hingga di Pengadilan Negeri Banyumas. Itulah beberapa contoh kasus yang cukup mendapat perhatian di awal berdirinya WCC.

Kegiatan Waria Crisis Center Yogyakarta

Shelter WCC sebagai rumah perlindungan

WCC Yogyakarta memiliki shelter di Tamanan Bantul. Hingga saat ini, Shelter WCC sudah berjalan tiga tahun. Ada 13 orang lansia dan 2 orang transpuan muda yang pernah tinggal di Shelter WCC. Saat ini hanya 4 orang yang masih tinggal di rumah perlindungan tersebut. Salah satunya Eyang ER, begitu ia bisa dipanggil. Transpuan berusia 73 tahun kelahiran Jodog, Bantul, DIY ini menjadi salah seorang penghuni Shelter WCC semenjak 2021. Ia terlihat tegar dan kuat di usianya yang terbilang cukup senja. Keluarganya tidak ada yang menerimanya sebagai transpuan. Kalaupun ada yang menerima, ia sendiri tidak nyaman berada di dalam keluarga dengan segala tetek bengek aturan normatifnya.

Sudah hampir lima puluh tahun Eyang ER meninggalkan rumah, tepatnya ketika ia beranjak usia 20 tahun. Sehari-hari aktivitas Eyang ER menanam dan merawat sayuran di halaman Shelter. Ia juga menanam banyak tanaman, ada singkong, ubi jalar, sawi, terong, seledri, timun dan juga labu siam. Berkat dedikasi dan kontribusi yang diberikannya,Shelter WCC menjadi terlihat hijau dan sejuk.

Tiga lansia lainnya masing-masing berasal dari Indramayu-Jawa Barat, Temanggung dan Kebumen-Jawa Tengah. Aktivitas para lansia sehari-hari bermacam-macam sesuai latar belakang minat dan talentanya. Selain menanam sayuran,ada juga yang masuk di grup tiktok Bass Betot. Group seniman pengamen transpuan ini digagas seorang transpuan muda, Mbak HL (40 tahun), pada awal tahun 2023. Ia memiliki kegelisahan atas nasib para pengamen transpuan yang sudah lansia tetapi masih beraktivitas di jalan. Melalui media sosial tiktok, HL mengajak transpuan lansia untuk mengisi konten dengan menyanyi tanpa harus turun di jalanan. Ada juga transpuan lansia yang masih mengamen di jalanan, namun aktivitas tersebut tidak lagi rutin dilakukan. Hanya sesekali jika ia merasa sedang jenuh berada di Shelter. Mengamen dilakukan sebagai bentuk healing agar ia tetap bisa mengekspresikan diri sebagai transpuan meskipun sudah lansia.

Baca juga:  ODHA difabel, bagian dari populasi kunci yang hampir terlupakan

Bergerak di masa pandemi Covid-19

Di masa pandemi Covid-19, pergerakan komunitas transpuan di ruang publik benar-benar sulit. Dalam situasi seperti itu, WCC bersama YAKKUM, CD Bethesda, Yayasan Kebaya Yogyakarta, Ponpes Waria Al-Fatah dan Ikatan Waria Yogyakarta bahu membahu melakukan upaya pemberdayaaan komunitas dengan serangkaian kegiatan seperti coaching usaha, bimbingan teknis, praktek pengolahan pangan, pembuatan jamu, pelatihan pijat refleksi, pembuatan tauge, berkebun serta mendistribusikan masker dan hand sanitazer.

Secara spesifik, di masa pandemi, WCC membuka ruang isolasi mandiri bagi rekan-rekan transpuan lansia. Meskipun tidak ada anggota komunitas transpuan yang tertular Covid-19 namun karena kekurangan nutrisi dan gizi, ada beberapa transpuan yang meninggal. Proses pemakamannya tetap menggunakan protokol Covid-19. Transpuan yang sudah mengalami stigma ganda kian tertekan. Aksi solidaritas pun dilakukan pada masa pandemi Covid-19 varian Delta yang melumpuhkan kehidupan seluruh masyarakat.

Sumber pembiayaan WCC bertumpu dari sumber fundrising yang dihimpun dari berbagai macam kegiatan internal dan juga dari sumbangan para dermawan serta mitra dan jaringan. Para pengurus WCC berasal dari organisasi komunitas yang memiliki komitmen untuk memikirkan keberlanjutan WCC.

Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan pada saat ini baru memberikan dukungan pada para lansia sesuai dengan minat atau ketertarikan serta kemampuannya, misalnya mengembangkan tanaman hias, seni dan budaya juga pembuatan jamu. Secara keseluruhan WCC juga melakukan serangkaian intervensi melalui dukungan program Senior Support Center(SSC) Teratai. Kegiatan SSC Teratai selain melakukan pemeriksaan dan kontrol kesehatan umum juga melakukan kunjungan kepada para lansia yang tidak tinggal di dalam shelter WCC. Selama pandemi memberikan bantuan sembako, nutrisi, vitamin, masker dan hand sanitazer. Selain itu, ada juga kegiatan workshop untuk mendorong orang muda agar ikut peduli terhadap transpuan lansia.

Pemberdayaan ekonomi dan kesehatan mental

Upaya pemberdayaan ekonomi yang dilakukan WCC berupa rangkaian workshop berkebun dan pembuatan jamu. Semua kegiatan ini melibatkan transpuan yang tinggal di shelter dibantu para pendamping. Salah satu kegiatan yang pernah digagas Ponpes Al Fatah bekerjasama dengan CD Bethesda YAKKUM adalah pelatihan pijat refleksi. Pelayanan pijat refleksi masih diteruskan oleh beberapa lansia yang tinggal di Shelter WCC, seperti Ma Erni dan Ma Lastri.

Aspek lain yang menjadi perhatian WCC yaitu persoalan mental health atau kesehatan mental. Hal ini menjadi salah satu kerentanan bagi transpuan lansia. Hampir semua transpuan lansia tidak memiliki kesiapan memasuki usia tuakarena tidak memiliki penghasilan tetap sehingga rata-rata tidak memiliki tabungan hari tua, tidak mendapatkan dukungan dari keluarga, tidak memiliki rumah sendiri serta tidak memiliki aktivitas yang berkelanjutan. Kondisi tersebut dapat menjadi penyebab rasa terisolasi, sendiri serta terasing.

Upaya memberikan dukungan bagi transpuan lansia perlu dilakukan. Melalui YAKKUM dan CD Bethesda, ada beberapa kesempatan bagi transpuan lansia untuk mengikuti kegiatan seperti peringatan hari lansia dan lomba lansia Smart. Pada tahun 2022, salah satu transpuan lansia yaitu Ma Sarinah terpilih menjadi juara 1 Lansia Smart dalam acara yang diselenggarakan oleh YAKKUM di Taman Lansia Ceria – Kaliurang. Demikian juga dukungan yang teramat penting pernah diberikan CD Bethesda terhadap WCC untuk biaya pemakaman transpuan lansia yang tidak tercover dalam layanan Jaminan Kesejahteraan Sosial (Jamkesos) maupun jaminan kesehatan pemerintah.

Sumber: Tabloid Baristha, edisi 04/III/Maret 2024

Tentang Penulis

Aktivis transgender sejak 2007 dan memimpin Waria Crisis Center (WCC), yang membantu waria di Yogyakarta menghadapi berbagai tantangan ekonomi, sosial dan hukum yang mereka hadapi – di tengah stigma dan diskriminasi terhadap seksual dan minoritas gender.

Anda berada di wilayah Yogyakarta dan terpapar HIV?

Jangan takut untuk menghubungi Pita Merah Jogja dan kami akan memberikan pendampingan serta informasi apa yang harus Anda lakukan. Apabila Anda dari luar Yogyakarta juga dapat menghubungi kami, kami akan coba beri informasi sebisa kami.

Sebelumnya

Tak Ingin Lagi Temanku Meninggal Karena AIDS

Selanjutnya

Sejarah Panjang Konferensi AIDS Sedunia