Teater Inklusi Yogyakarta (TIYo) merupakan inovasi edukatif untuk mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap Orang dengan HIV (ODHIV), disabilitas, transpuan, dan kelompok marginal melalui pendekatan seni dan budaya. Teater yang berdiri pada bulan September tahun 2022 pernah berkolaborasi dengan UPKM/CD Bethesda YAKKUM melalui pentas ‘Bidadari di atas Sebutir Padi’ yang memasukkan isu HIV dan AIDS dalam naskahnya. Kini, teater inklusi mengangkat isu pengurangan risiko bencana dalam Program Ide, Inovasi, Aksi, Inklusi (IDEAKSI) yang dikelola oleh YAKKUM Emergency Unit (YEU). Beberapa pementasan yang dilakukan oleh TIYo menunjukkan pengakuan terhadap perjuangan anti-diskriminasi melalui pertunjukan seni.
TIYo dibentuk melalui kolaborasi berbagai organisasi yang didukung CD Bethesda YAKKUM. Kelompok teater ini melihat masih banyak stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV, orang dengan disabilitas, transpuan dan kaum marginal. Kondisi ini disebabkan antara lain karena belum meratanya informasi tentang kesehatan, khususnya terkait HIV dan AIDS. Berdasar pemahaman tersebut, pada bulan September 2022 bertempat di Resto Ingkung Grobog, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, beberapa organisasi yang terdiri dari Warga Peduli AIDS (WPA) dari 8 Kelurahan yaitu Bener, Kricak, Sosromenduran, Pringgokusuman, Giwangan, Warungboto, Gedongkiwo, dan Suryodiningratan, Perkumpulan PITA MERAH Jogja dan Yayasan Kebaya Yogyakarta bersepakat mendirikan sebuah kelompok teater inklusi.
Teater ini tidak hanya menyajikan pertunjukan seni, tetapi juga membawa pesan edukasi. Terkait informasi tentang HIV dan AIDS yang masih kurang merata, TIYo berinovasi untuk memasukkan unsur edukasi dalam pertunjukan teater. Penggunaan media seni ini juga didasari karena masyarakat terutama anak muda yang mulai lupa dengan budaya lokal seperti kethoprak, cerita lokal, tari tradisional, bahkan pengunaan bahasa ibu, seperti bahasa Jawa. Teater inklusi hadir di tengah masyarakat untuk ikut melestarikan budaya sekaligus mengedukasi masyarakat. Visi TIYo yaitu menjadi teater yang inklusif dan memberikan edukasi serta informasi yang benar terkait isu HIV dan AIDS serta kesehatan. Sedangkan misinya ada dua yaitu melakukan edukasi HIV dan AIDS melalui media teater/ seni dan memperluas jaringan dengan stakeholder terkait.
TIYo melaksanakan pentas perdananya pada 5 Januari 2023 di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Judul pentas teater pertama itu yaitu “Bidadari Di Atas Sebutir Padi” yang mengadaptasi cerita lokal Joko Tarub. Proses pementasan dibantu oleh Wahyana Giri M.C dari Dewan Teater Yogyakarta dan Wisnugroho sebagai penulis naskah dan sutradara. Pementasan sukses menyampaikan informasi tentang HIV dan AIDS ke penonton sekaligus mampu menghibur penonton. Hal ini bisa dilihat dari ratusan penonton yang memenuhi kursi yang disediakan.
IDEAKSI
Perkembangan selanjutnya, isu yang diusung TIYo tidak hanya berkaitan dengan isu HIV dan AIDS tetapi juga pengurangan risiko bencana namun tetap fokus pada edukasi. TIYo mengikuti seleksi Program IDEAKSI dari YEU, bersaing dengan puluhan peserta lainnya. Program IDEAKSI bertujuan menghasilkan solusi atas masalah maupun tantangan dalam penanggulangan bencana dengan dukungan yang memadai, khususnya dalam rangka meningkatkan aksesibilitas, akuntabilitas dan pelibatan kelompok yang paling berisiko dalam kesiapsiagaan bencana dan tanggap kemanusiaan. Bulan September 2023, TIYo dinyatakan lolos dalam seleksi bersama 14 kelompok inovator lainnya dan menerima dana hibah untuk Program IDEAKSI.
Melalui Program IDEAKSI, TIYo memasukkan edukasi tentang Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dalam naskah yang akan dipentaskan. Cerita yang diangkat pada pementasan 22 Desember 2023 mengadopsi cerita Ande–ande Lumut dengan judul “True Love”. Dalam naskah yang dibuat oleh Bey Saptono ini memasukkan persoalan banjir sebagai risiko bencana.
Daerah yang menjadi tempat penerapan program IDEAKSI ini adalah di Ngampilan RT 3 RW 1, Kota Yogyakarta. Wilayah Ngampilan berada di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Winongo dan cukup padat penduduk. Pemilihan tempat yang dianggap rawan bencana tersebut karena di wilayah tersebut pernah terjadi beberapa kali banjir dan kebakaran yang mengakibatkan 1 jembatan hanyut, rumah dan kantor arsip terbakar.
TIYo berusaha berkolaborasi dengan potensi lokal yang ada di wilayah Ngampilan, seperti kesenian Bregodo, kelompok gamelan, dan produk bakpia. Dalam pementasannya, kesenian Bregodo dan gamelan dimasukkan dalam alur cerita “True Love”.
Melalui pentas terbaru yang ditampilkan, TIYo tidak hanya memberikan hiburan tetapi juga berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap risiko bencana di daerah rawan seperti Kelurahan Ngampilan, Yogyakarta. Melalui program IDEAKSI, TIYo mengintegrasikan edukasi pengurangan risiko bencana dalam karya mereka.
Menuju Bangkok, Thailand
Seiring keterlibatan TIYo dalam Program IDEAKSI, membawa kelompok teater yang relatif baru ini ke ajakan mengikuti Regional Humanitarian Partnership Week (RHPW) 2023 di Bangkok, Thailand. Pekan Kemitraan Kemanusiaan Regional ini berisi kegiatan presentasi, panel, lokakarya, dan sesi jaringan yang akan menampilkan praktik-praktik baik, tantangan, dan peluang untuk meningkatkan aksi kemanusiaan lokal. YEU mengajak perwakilan TIYo mengikuti kegiatan tersebut pada 11-13 Desember 2023.
Keikutsertaan TIYo dalam ajang forum lembaga-lembaga kemanusiaan tersebut karena dalam pementasan teater inklusi menggunakan budaya lokal dalam peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pengurangan risiko bencana.Keterlibatan mereka dalam RHPW 2023 bersama YEU di Bangkok, Thailand, menunjukkan pengakuan terhadap kontribusi budaya lokal dalam aksi kemanusiaan global.
Sumber: Tabloid Baristha, edisi 04/III/Maret 2024