Please ensure Javascript is enabled for purposes of website accessibility

Peduli, Inklusi, Solidaritas, Meraih Harapan

Montov

Macam-macam Obat HIV AIDS yang ada di Indonesia dan Efek Sampingnya

  • 23 September 2023
  • 8 menit waktu baca

Bagikan

Pengobatan HIV dikenal dengan istilah pengobatan atau terapi ARV. ARV sendiri merupakan singkatan dari Antiretroviral yaitu bagian dari pengobatan HIV dan AIDS untuk mengurangi resiko penularan HIV, mengurangi infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV serta menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah hingga tidak terdeteksi. Virus HIV melakukan replikasi (memperbanyak diri) dalam sel CD4, dengan menggunakan 3 enzim yaitu Reverse Transcriptase, Integrase dan Protease. Tugas ARV adalah menghambat enzim-enzim tersebut. Kenapa menekan jumlah virus serendah mungkin menjadi hal yang penting?

Selama hampir dua dekade, para ilmuwan mengakui bahwa viral load adalah penentu utama penularan HIV. Namun, temuan dari beberapa studi terbaru menunjukkan bahwa ketika seseorang menggunakan pengobatan ARV dengan patuh dan mencapai viral load tidak terdeteksi, maka orang tersebut tidak dapat menularkan virus HIV pada pasangan seksualnya. Kita menyebutnya dengan istilah U=U, Undetectable = Untransmittable yang apabila viral load seorang ODHIV sudah tidak terdeteksi berarti dia sudah tidak bisa menularkan virus HIV kepada orang lain.

Apa dasar ilmiahnya?

Studi pertama yang disebut dengan HPTN 052 melacak lebih dari 1.600 pasangan heteroseksual selama 10 tahun. Ketika ARV digunakan secara tepat dan patuh, seseorang dapat menekan jumlah virus hingga tidak terdeteksi. Pada peserta studi yang telah mencapai jumlah virus yang tidak terdeteksi, tidak ada penularan yang terjadi melalui hubungan seksual.

Dua studi tambahan, PARTNER dan Opposites Attract memperkuat hasil HPTN 052 dan memperluas temuan untuk laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Temuan dari studi PARTNER2 (fase ke 2 dari studi PARTNER) memberikan bukti konklusif bahwa jika seseorang memiliki viral load yang tidak terdeteksi, ia tidak dapat menularkan ke pasangan sesama jenis.

Apa artinya?

  • Pengobatan ARV tidak hanya baik untuk kesehatan orang dengan HIV tetapi juga melindungi pasangan seksual orang dengan HIV.
  • Bukti ilmiah saat ini hanya mendukung pencegahan penularan HIV melalui hubungan seksual dan vertikal (penularan ibu ke anak) dan bukan pencegahan penularan HIV melalui cara lain, misalnya menyuntik napza.
  • Oleh karena itu, jika masih menggunakan napza, tetap lakukan langkah pencegahan penularan HIV dengan menggunakan peralatan menyuntik yang steril.
  • Penggunaan kondom saat melakukan hubungan seksual juga tetap dianjurkan dengan tujuan untuk mencegah penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti sifilis, kutil kelamin, dll.

Pentingnya kepatuhan pengobatan ARV

Salah satu hal yang terpenting dari menggunakan ARV adalah menggunakan obat dan dosis yang tepat, dengan cara yang tepat, di waktu yang tepat. Hal ini disebut dengan kepatuhan. Kepatuhan dibutuhkan supaya obat bisa bekerja dengan efektif untuk melawan virus.

Tanpa pengobatan, HIV bisa berkembangan biak dengan cepat. Jika kita sudah mengkonsumsi ARV, kita harus minum obat dengan patuh karena jika kita melewatkan dosis, virus di dalam tubuh kita memiliki kesempatan untuk berkembang biak kembali dengan cepat. Beberapa virus yang berkembang biak tidak sama dengan virus asli / mengalami mutasi. Jika banyak virus yang bermutasi dalam tubuh kita, obat yang digunakan tidak akan efektif. Hal ini disebut dengan resistensi.

Jenis-jenis obat ARV di Indonesia

Di Indonesia obat ARV terbagi menjadi 4 golongan yang masih-masing memiliki beberapa macam obat:

  1. Nucleos(t)ide Reverse Transcriptase Inhibitor atau biasa disingkat NRTI, obatnya antara lain: Tenofovir, Zidovudin, Lamivudin, Emtricitabin dan Abacavir.
  2. Non-nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor atau biasa disingkat NNRTI, obatnya antara lain: Efavirenz, Nevirapin dan Rilpivirin.
  3. Protease Inhibitor atau biasa disingkat PI, obatnya antara lain: Lopinavir/ritonavir.
  4. Integrase Inhibitor atau biasa disingkat INSTI, obatnya antara lain: Dolutegravir.

Pengobatan ARV terdiri dari paduan 3 obat ARV. 2 obat yang termasuk kategori NRTI dan 1 obat dari salah satu kategori NNRTI / PI / INSTI.

Setiap orang memiliki dosis ARV yang berbeda-beda walaupun bentuk obatnya sama, karena kondisi, efek samping setiap orang berbeda-beda. Jadi pastikan Anda tidak sembarangan meminum obat orang lain jika tidak mengetahui dosis obat tersebut. Penting bagi ODHIV untuk mengetahui kandungan obat ARV yang diminumnya.

Terdapat dua macam bentuk ARV yaitu dalam bentuk obat Kombinasi Dosis Tepat (KDT) atau disebut juga Fixed-Dose Combination (FDC) dan obat tunggal (lepasan). Obat Kombinasi Dosis Tepat (KDT) ada yang mengandung 3 jenis obat maupun 2 jenis obat:

Yang mengandung 3 jenis obat:

  • TLD yang mengandung Tenofovir + Lamivudine + Dolutegravir
  • TLE yang mengandung Tenofovir + Lamivudine + Efavirenz

Yang mengandung 2 jenis obat:

  • Zidovudine + Lamivudine
  • Tenofovir + Emtricitabine

Yang mengandung 1 jenis obat (obat lepasan):

  • Tenofovir
  • Lamivudine
  • Dolutegravir
  • Efavirenz
  • Nevirapine
  • Rilpivirine

Secara umum pilihan ARV lini pertama untuk dewasa dan remaja adalah TLD (Tenofovir/Lamivudine/Dolutegravir). Kombinasi ini merupakan pilihan utama dan sesuai rekomendasi WHO. Tetapi setiap pasien bisa memiliki kondisi yang berbeda-beda misal jika terdapat infeksi TB atau misal ibu hamil ataupun perempuan yang merencanakan kehamilan, maka pilihan ARV nya bisa berbeda. Karena itu penting untuk memeriksan dan konsultasi kepada dokter untuk mengetahui pilihan obat ARV yang tepat.

Baca juga:  Semua Hal yang Perlu Diketahui Tentang IMS (Infeksi Menular Seksual)

TLD Tenofovir / Lamivudine / Dolutegravir

  • Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yang terdiri dari Tenofovir (TDF) 300mg, Lamivudine (3TC) 300mg dan Dolutegravir (DTG) 50mg
  • Kombinasi ini biasa disebut dengan FDC TLD
  • Dosis: 1x sehari 1 tablet
  • Kombinasi ini merupakan pilihan utama pengobatan bagi orang dengan HIV saat ini sesuai rekomendasi WHO

Keunggulan TLD

  • Tablet lebih kecil sehingga mudah dikonsumsi
  • Lebih cepat dalam menekan / supresi virus
  • Efek samping yang lebih ringan
  • Kemungkinan gagal terapi lebih rendah
  • Dapat diminum sebelum / sesudah makan
  • Interaksi dengan obat-obatan lainnya lebih sedikit

Efek samping

  • Sakit kepala
  • Gangguan tidur / insomnia
  • Mual
  • Pertambahan berat badan

TLE Tenofovir / Lamivudine / Efavirenz

  • Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yang terdiri dari Tenofovir (TDF) 300mg, Lamivudine (3TC) 300mg dan Efavirenz (EFV) 600mg
  • Kombinasi ini biasa disebut dengan FDC TLE
  • Dosis: 1x sehari 1 tablet

Efek samping

  • Gangguan pada sistem saraf pusat (seperti mimpi buruk, depresi, kebingungan, halusinasi, pusing atau kliyengan)
  • Mual
  • Gangguan fungsi hati
  • Ginekomastia (pembesaran payudara pada pria)
  • Naiknya kadar lemak dalam darah

Tenofovir / Emtricitabine

  • Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yang terdiri dari Tenofovir (TDF) 300mg dan Emtricitabine (FTC) 200mg
  • Dosis: 1x sehari 1 tablet

Efek samping

  • Gangguan fungsi ginjal
  • Berkurangnya kepadatan tulang
  • Mual

Zidovudine / Lamivudine

  • Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yang terdiri dari Zidovudine (ZDV) 300mg dan Lamivudine (3TC) 150mg
  • Kombinasi ini biasa disebut dengan nama Duviral
  • Dosis: 2x sehari 1 tablet

Efek samping

  • Kurang darah (anemia)
  • Gangguan pada saluran cerna (mual, muntah)
  • Nyeri otot, sakit kepala

Tenofovir

  • Tenofovir Disoproxil Fumarate (TDF), 300mg
  • Golongan: N(t)RTI
  • Dosis: 1x sehari 1 tablet

Efek samping

  • Gangguan fungsi ginjal
  • Berkurangnya kepadatan tulang
  • Mual

Abacavir

  • Abacavir (ABC), 300mg
  • Golongan: NRTI
  • Dosis: 2x sehari 1 tablet

Efek samping

  • Ruam kulit
  • Sakit kepala
  • Mual
  • Muntah

Lamivudine

  • Lamivudine (3TC), 150mg
  • Golongan: NRTI
  • Dosis: 2x sehari 1 tablet atau 1x sehari 2 tablet

Efek samping

  • Sakit kepala (jarang terjadi)

Dolutegravir

  • Dolutegravir (DTG), 50mg
  • Golongan: INSTI
  • Dosis: 1x sehari 1 tablet

Efek samping

  • Sakit kepala
  • Gangguan tidur / insomnia
  • Mual
  • Pertambahan berat badan

Efavirenz

  • Efavirenz (EFV), 600mg
  • Golongan: NNRTI
  • Dosis: 1x sehari 1 tablet

Efek samping

  • Gangguan pada sistem saraf pusat (seperti mimpi buruk, depresi, kebingungan, halusinasi, pusing atau kliyengan)
  • Mual
  • Gangguan fungsi hati
  • Ginekomastia (pembesaran payudara pada pria)
  • Naiknya kadar lemak dalam darah

Nevirapine

  • Nevirapine (NVP), 200mg
  • Golongan: NNRTI
  • Dosis: 1x sehari 1 tablet selama 14 hari pertama, kemudian 2x sehari 1 tablet

Efek samping

  • Gangguan fungsi hati
  • Ruam kulit

Rilpivirine

  • Rilpivirine (RVP), 25mg
  • Golongan: NNRTI
  • Dosis: 1x sehari 1 tablet
  • Umumnya digunakan jika tidak bisa mentoleransi efek samping dari EFV dan NVP

Lopinavir / ritonavir

  • Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yang terdiri dari Lopinavir 200mg dan ritonavir 50mg sebagai booster (LPV/r)
  • Golongan: PI
  • Obat ini biasa dikenal dengan nama Aluvia dan umumnya digunakan sebagai pengobatan ARV lini kedua di Indonesia
  • Dosis: 2x sehari 2 tablet

Efek samping

  • Diare, mual, muntah
  • Naiknya kadar lemak dalam darah
  • Gangguan fungsi hati

Lihat tabel lengkap obat HIV di Indonesia

Pemantauan pengobatan

Pemeriksaan Viral load (VL) tetap menjadi Gold Standard menilai keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan VL ini wajib dilakukan pada bulan ke 6 dan 12 setelah pengobatan ARV dan selanjutnya bisa dilakukan setahun sekali. Jika hasil VL kurang dari 1000 kopi/ml maka bisa dikatakan pengobatan ARV berhasil. Tetapi jika hasil VL lebih dari 1000 kopi/ml maka perlu tindak lanjut seperti evaluasi kepatuhan pengobatan dan faktor lainnya. Dokter akan mengevaluasi dan melakukan konseling kepatuhan dan perlu dilakukan tes VL ulang 3-6 bulan kedepan. Apabila hasilnya baik maka tidak perlu ganti ARV, tetapi jika hasil VL nya masih lebih dari 1000 kopi/ml dan kepatuhan minum obat baik, maka perlu ganti obat ARV.

Pemeriksaan CD4 juga bisa dilakukan setelah 6 bulan pengobatan ARV. Pemantauan berat badan juga bisa dilakukan, biasanya jika berat badan naik maka pengobatan ARV berhasil. Tetapi tetap yang menjadi patokan utama adalah nilai VL.

Efek samping dari ARV biasanya hanya terjadi di masa-masa awal minum obat. Jika efek samping berlangsung cukup lama maka dapat dilakukan pemeriksaan darah rutin, fungsi hati, ginjal sesuai dengan indikasi yang ditemukan oleh dokter.

ARV saat ini merupakan satu-satunya cara untuk menekan jumlah virus HIV. Tidak ada yang lain, termasuk multivitamin, suplemen ataupun pengobatan herbal. Selain mengkonsumsi ARV, kita juga perlu menjaga kesehatan fisik dan mental seperti tidur yang cukup, mengurangi stres, olahraga dan makan makanan yang bergizi.

Tentang Penulis

Pita Merah Jogja adalah organisasi yang peduli dan inklusi yang fokus terkait isu HIV/AIDS dengan anggota yang terdiri dari ODHIV, ODHIV dengan Disabilitas, OHIDHA, ADHA dan orang yang peduli dengan isu HIV/AIDS di Yogyakarta

Anda berada di wilayah Yogyakarta dan terpapar HIV?

Jangan takut untuk menghubungi Pita Merah Jogja dan kami akan memberikan pendampingan serta informasi apa yang harus Anda lakukan. Apabila Anda dari luar Yogyakarta juga dapat menghubungi kami, kami akan coba beri informasi sebisa kami.

Sebelumnya

Jika Saya Terkena HIV, Harus Bagaimana?

Selanjutnya

Bisakah Perempuan HIV Positif Hamil dan Punya Anak