Latar Belakang
Negara Indonesia sering disebut sebagai laboratorium bencana. Hal ini didasari oleh fakta bahwa hampir seluruh wilayah di Indonesia sering terjadi bencana. Banyaknya kejadian bencana yang terjadi, tidak lepas dari letak geologis Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik serta berada di lintasan deret sirkum Pasifik yang merupakan bagian dari jalur cincin api atau ring of fire. Kondisi tersebut memberikan anugerah bagi wilayah Indonesia karena melimpahnya kekayaan sumber daya alam, termasuk didalamnya adalah kesuburan tanah. Namun di sisi lain, kondisi ini meningkatkan ancaman dan risiko bencana di beberapa wilayah di Indonesia.
Terdapat 14 potensi ancaman bencana di DIY, antara lain banjir, banjir bandang, Covid-19, cuaca ekstrim, epidemi wabah penyakit, gelombang ekstrim dan abrasi, gempa bumi, kebakaran hutan dan lahan, kegagalan teknologi, kekeringan, letusan gunung api Merapi, likuifaksi, tanah longsor, dan tsunami.
Dalam upaya mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketangguhan bencana di tingkat lokal. Hal ini sejalan dengan Target E yang tertuang dalam Kerangka Pengurangan Risiko Bencana Sendai (SFDRR) yang menggarisbawahi pentingnya strategi resiliensi lokal untuk mencapai pengurangan dampak bencana di wilayah yang semakin rentan. Pelokalan di wilayah masing-masing bertujuan untuk meningkatkan ketangguhan yang ditunjukkan dengan kemampuan desa/kelurahan dan komunitas masyarakat untuk mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan dan sekaligus meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko
bencana. Kemampuan ini diwujudkan dalam perencanaan pembangunan yang mengandung upaya-upaya pencegahan, kesiapsiagaan, pengurangan risiko bencana dan peningkatan kapasitas untuk pemulihan pasca keadaan darurat.
Melalui program “Community-Led Innovation Partnership – CLIP” yang didukung Elrha, Start Network, dan ADRRN Tokyo Innovation Hub dan didanai oleh Foreign, Commonwealth & Development Office (FCDO), YAKKUM Emergency Unit (YEU) menginisiasi program IDEAKSI (ide, inovasi, aksi, inklusi). IDEAKSI bertujuan mengembangkan solusi dari kelompok masyarakat secara inklusif untuk menjawab tantangan terkait kebencanaan yang dihadapi oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan aksesibilitas, akuntabilitas, dan inklusi difabel dan lanjut usia dalam kesiapsiagaan bencana dan respons kemanusiaan melalui inovasi berbasis komunitas.
Tujuan
- Kelompok tim inovator dan peserta mengetahui isu-isu bencana ditingkat daerah/lokal inovator berada, nasional maupun global;
- Kelompok tim inovator dan peserta mengetahui kebijakan kebencanaan yang inklusi dari tingkat lokal hingga nasional dan global;
- Kelompok tim inovator dan peserta memahami pengertian bencana, risiko, ancaman, kapasitas, kerentanan, dan siklus manajemen bencana; serta melakukan pengkajian ulang maupun pengkinian data bagi inovator yang sudah pernah melakukan kajian
- Kelompok tim inovator mampu melakukan kajian risiko dan menyusun rencana aksi scale up di wilayahnya;
Pelatihan selama 2 hari ini dihadiri oleh BPBD, YEU, CD Bethesda, Kelurahan Sosromenduran, Puskesmas Gedongtengen, Teater Inklusi dan Pita Merah Jogja.